Dunia Sipil merupakan dunia yang nyata dan merupakan sendi dari kehidupan, perannya begitu penting untuk memajukan peradaban di dunia.

Tinggal bagaimana kita mengambil peran dalam sebuah dunia Sipil yang bertitle Civilholic.

2011/01/19

TEORI DRAINASE


1.Pengertian Drainase.

Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (flood protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman. Drainase merupakan suatu sistim pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air di permukaan tanah maupun dibawah tanah, sehingga dengan demikian drainase dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Drainase permukaan

Adalah suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air dipermukaan tanah hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.

2. Drainase bawah tanah.

Adalah suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air di bawah tanah. Hal ini dibuat untuk mengendalikan ketinggian muka air tanah.

Drainase diperlukan untuk mengalirkan air, baik yang berasal dari hujan lokal maupun air kiriman dalam tempo yang sesingkat - singkatnya, sistem ini juga dimanfaatkan pada musim kering untuk meningkatkan kondisi tanah yaitu menekan derajat keasinan (salinitas) di daerah yang bersangkutan. Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan persyaratan hidupnya.

Tingkat sistem drainase, yaitu :

1. Tersier drainage

2. Secondary drainage

3. Main drainage

4. Sea drainage

 

2.Desain kriteria


Desain kriteria harus sesuai dengan :

¨ Kebutuhan

¨ Pertimbangan ekonomis

¨ Kondisi alam, meliputi :

1. Segi hidrologis.

2. Segi topografis.

3. Segi geologis.

Ad.1. Segi hidrologis.

Tergantung dari data curah hujan didaerah tersebut dengan intensitas 3 – 5 hari berturut turut dan harus habis mengalirkan air.

Ad.2. Topografis

Dalam pembuatan drainase ini sangat diperlukan bentuk topografis yang mempunyai ketinggian yang berbeda. Sehingga selalu memungkinkan adanya beda tinggi yang akan menyebabkan air tetap mengalir. Disamping itu agar saluran drainase ini diusahakan berupa galian semua sedangkan timbunan dihindarkan agar mendapatkan kemiringan saluran yang dapat mengalirkan air dari hulu ke hilir.

Apabila terpaksa terjadi saluran drainase timbunan, maka kemiringan saluran harus diusahakan kecil.

Rumus :

Q = F . V

V = K . R2/3 . I 1/2

clip_image001clip_image002 I = clip_image004

Jika I kecil maka V = kecil dan F = besar.

Dengan demikian perlu dibuat drainase dengan kedalaman kecil tetapi lebar. Tetapi dalam hal ini akan mengakibatkan adanya pengendapan sehingga diikuti adanya eksploitasi sebagai berikut :

I = Disesuaikan kelandaiannya dengan tanah setempat maka [1-2].10-4

V= [0,5 – 0,6] m/s

Dalam drainase juga terdapat kecepatan maximum, tetapi ada batas – batas tertentu untuk menghindari gesekan/keausan saluran.

Ad.3. Segi geologis.

Drainase kecil tidak perlu peninjauan geologi, tetapi untuk drainase besar perlu diadakan peninjauan geologi misalnya pada bidang mekanika tanah, terutama untuk mendapatkan konstruksi pelengkap dari sistem drainase yang stabil. Untuk mendapatkan hal – hal itu maka dalam merencanakan kita harus memperhatikan hal–hal sebagai berikut :

a. Kemiringan talud [tg a]

Harus memperhatikan dan disesuaikan dengan sudut geser dalam tanah dan besarnya kohesi tanah yang bersangkutan. Saluran drainase makin curam maka air yang mengalir makin deras, sehingga makin cepat dinding saluran aus karena terkikis.

b. Kecepatan aliran air.

 

3.Drainase Modul.


Drainase modul adalah jumlah air yang harus didrainase karena apabila tidak akan menimbulkan genangan, hal ini tergantung dari curah hujan. Data n tahun, dengan data hujan per 1 hari, 2 hari, atau 3 hari.

Dalam tugas ini dipakai dasar hujan 3 hari didrainase 3 hari dengan genangan, menggunakan rumus:

¨ Hujan 3 hari di drainase, 3 hari dengan genangan

clip_image006

Dimana : Dn = R( n )T + n( IR – ET – P ) – S

Dimana :

R = Jumlah hujan dari n hari

S = Storage

N = Jumlah hari

I = Irrigation Supplay

P = Perkolasi

ET = Evapotranspirasi

DM = Drainage Module

 

4.Tahapan Perencanaan Dimensi saluran Drainase


1. Dari petak – petak sawah dalam peta kontur di ukur untuk mendapatkan luas areal sawah ( A )

2. Menghitung Drainage Module ( DM )

clip_image008

dimana Dn = R(n)T+n(IR-ET-P)-S

3. Menghitung debit saluran

Untuk luas area < 400 ha

Q = Dm x A

Untuk luas area > 400 ha

Q = 1,62 x Dm x A0,92

4. Setelah Q didapat, maka dari tabel 8a lampiran diperoleh nilai b : h, t ( l : m ), K

5. Menghitung kemiringan saluran di lapangan dengan rumus :

iL = Hs / L

Dimana :

iL = Kemiringan saluaran

Hs = Beda tinggi dihulu dan dihilir tiap luas

L = Panjang saluran tiap luas

6. Dengan menggunakan rumus Strickler, menghitung harga b dan h

V = K x R2/3 x iL1/2

Dimana:

V = Q / F

F = ( b + mh ) h

R = F / O

O = b + 2h ( l + m2 )1/2

K = dari tabel 8a lampiran

iL = kemiringan saluran

7. Setelah harga b dan h diketahui, kita hitung luas penampang basah ( F) dengan rumus :

F = ( b + mh ) x b (m2)

8. Menghitung kecepatan aliran ( V ) dengan rumus

V = Q / F ( m/det )

Untuk daerah landai, V = 0,5 s/d 1,5 ( m/det ), perhitungan dihentikan.

Untuk V < 0,5 dan V > 1,5 m/det perhitungan dilanjutkan ke no. 9

9. Menghitung Fb dengan berdasar pada harga Vb, dengan rumus :

Fb = Q / Vb ( m2 )

10. Menghitung lebar dasar saluran baru ( bb ) dan tinggi muka air baru

(hb) dengan rumus :

F = ( bb + mhb ) x hb

11. Menghitung keliling basah dengan rumus :

O = bb + 2hb ( l + m2 )1/2

12. Menghitung jari – jari hidrolis saluran dengan rumus

R = Fb / O

13. Menghitung kemiringan saluran dengan rumus Strickler :

I = {Vb / (K x R2/3 )}2

 

5.Perencanaan Tinggi Muka Air


Tinggi muka air saluran pembuangan di jaringan intern tergantung pada fungsi saluran tersebut. Di jaringan tersier, tanah membuang airnya langsung ke saluran pembuang ( kuarter dan tersier ) dan tinggi muka air rencana mungkin sama dengan tinggi permukaan tanah.

Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak – petak tersier di lokasi yang tetap. Tinggi muka air rencana di jaringan utama ditentukan dari tinggi muka air yang diperlukan di ujung saluran pembuangan tersier. Tinggi muka air di jaringan primer yang berfungsi untuk pembuangan air dari sawah dan mungkin daerah bukan sawah dihitung sebagai berikut :

¨ Untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air naik sampai dengan tinggi permukaan tanah.

¨ Untuk pengaliran debit pucak, pembuang dari sawah dianggap nol.

Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang sebaiknya diambil sebagai berikut :

¨ Elevasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan periode ulang 5 kali per tahun untuk sungai

¨ Muka air rencana untuk saluran pembuang intern yang tingkatnya lebih tinggi.

¨ Muka air laut rata – rata ( MSL ) untuk laut.

Untuk tinggi jagaan / Free board (Fr) diambil dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hubungan Q dan Fr

Q (m3/dt)

W (m)

0.0 – 0.3

0.3

0.3 – 0.5

0.4

0.5 – 1.5

0.5

1.5 – 15.0

0.6

15.0 – 25.0

0.75

> 25.0

1.0

TEORI IRIGASI


1. Bangunan Irigasi

1. Bangunan Utama

Adalah semua bangunan yang dibuat sebagai sarana pembagian air irigasi. Macam bangunan utama yaitu :

a Waduk

Yaitu bangunan yang berfungsi mengatur debit aliran sungai serta menyimpan kelebihan air.

b Bendung

Yaitu berfungsi menaikkan air sungai hingga areal yang memerlukan pengairan.

c Mesin pompa

Yaitu bangunan pengganti bendung dimana pada lokasi tersebut tidak mungkin didirikan sebuah bendung.

d Bangunan pengambilan bebas

Yaitu bangunan yang berfungsi mengalihkan air ke tempat yang membutuhkan air tanpa menaikkan muka air.

2. Bangunan pembawa

a. Saluran pembawa

Berfungsi membawa air dari saluran utama ke tempat yang memerlukan air tersebut.

Jenis saluran pembawa :

¨ Saluran primer : membawa air dari bangunan utama sampai bangunan terakhir.

clip_image002

¨ Saluran sekunder : membawa air dari bangunan bagi pada saluran primer sampai bangunan sadap terakhir.

clip_image004

¨ Saluran tersier : mengaliri suatu petak tersier yang menyadap saluran sekunder.

clip_image006

¨ Saluran kuarter : saluran yang airnya langsung digunakan di tanah.

clip_image008

b. Saluran pengendap lumpur

Dibangun di daerah irigasi yang airnya banyak mengandung lumpur. Saluran ini biasanya terletak di daerah hilir bangunan pengambilan, untuk mengendapkan lumpur yang kasar.

c. Gorong-gorong

Bangunan perlintasan yang dilewati saluran, yang melintas di bawah bangunan lain dengan aliran bebas.

clip_image010

d. Talang

Bangunan yang mengalirkan air dengan dasar tidak pada permukaaan tanah, sifat alirannya bebas.

clip_image012

3. Bangunan sadap

Terletak pada saluran primer/sekunder yang mengalirkan air ke saluran tersier.

clip_image014

4. Bangunan bagi sadap

Terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran sekunder dan ke saluran lainnya.

clip_image016

5. Bangunan terjun

Bila muka air rencana cukup tinggi di atas medan bebas, maka air diturunkan dengan sarana bangunan terjun.

clip_image018

6. Alat ukur debit air

Untuk mengukur besar air yang mengalir pada saluran perlu dilengkapi dengan alat ukur debit air.

7. Bangunan penangkap.

Bangunan yang digunakan untuk menangkap air dari sungai atau saluran primer.

clip_image020

2. Sistem Irigasi


Dalam memberikan air pada areal persawahan ada beberapa macam cara tergantung dari jenis tanaman yang akan dialiri. Cara pemberian air tersebut adalah :

a. Sprinkler

Adalah cara membasahi tanaman dengan cara menyemprotkan air ke udara sehingga tanaman mendapatkan air dari atas seperti hujan. Alat ini ditempatkan pada interval tertentu sesuai kebutuhan.

clip_image022

b. Drip Irrigation

Adalah cara membasahi tanaman dengan jalan memberikan air pada permukaan tanah sekitar tanaman sesuai dengan kebutuhannya.

clip_image024

c. Penggenangan

Sistem penggenangan hanya cocok untuk beberapa jenis tanaman tertentu terutama padi. Jadi air digenangkan pada petak sawah hingga ketinggian tertentu, tergantung jenis padinya.

clip_image026

3. Peta Petak


Kriteria Peta Petak

3.a. Arti dari Peta Petak

Petak tersier adalah kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat pengambilan. Yang dimaksud dengan peta petak tersier adalah peta yang memperlihatkan lokasi seluruh daerah yang dialiri dengan memuat batas-batas daerah dan garis-garis kontur secara lengkap.

Pada peta petak tersier ini terlihat suatu peta daerah irigasi yang menggambarkan petak-petak tersier, batas dan luas dari masing-masing petak-petak sekunder/tersier, rangkaian saluran-saluran pembawa yang berupa saluran-saluran induk/sekunder/tersier dan saluran-saluran pembuang tersier/sekunder, lokasi bangunan pengambilan air dalam sungai, baik yang berupa bendung maupun yang berupa pengambilan bebas ataupun rumah pompa, serta lokasi bangunan bagi/sadap yang ada di dalam saluran induk/sekunder dan perkiraan letak bangunan silang seperti gorong-gorong, talang, siphon, jembatan, dll. Dari petak-petak tersier ini pula terlihat jelas gambaran dari sistem pemberian air irigasi.

3.b. Penentuan Peta Petak Tersier

Dalam membuat peta petak tersier harus diperhatikan hal - hal berikut :

a. Setiap bagan peta petak tersier harus sedapat mungkin terlihat jelas yaitu dengan memberikan warna-warna yang berlainan pada batas-batas tertentu, yaitu :

1. Sungai dan saluran pembuangan dengan warna merah.

2. Jalan raya dengan warna coklat.

3. Saluran induk, sekunder dan tersier yang berfungsi sebagai saluran pembawa dengan warna biru. Garis langsung bagi saluran yang sudah ada. Garis putus-putus bagi saluran yang direncanakan.

4. Tanah yang tinggi yang tidak dapat dialiri dengan warna kuning.

5. Batas kabupaten, kecamatan, desa, dan kampung dengan warna hijau.

6. Jalan kereta api strip hitam-putih.

b. Setiap petak sebaik mungkin ditempatkan langsung di belakang pintu sadap, sehingga petak ini akan langsung menerima air tanpa ada saluran yang melewati petak lainnya.

c. Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari bangunan sadap, yang terletak disaluran induk atau sekunder.

d. Petak direncanakan dengan seluruh petak dapat mudah dialiri yang mana setelah air tersebut digunakan dapat dengan mudah dialirkan kesaluran pembuangan (drainase).

e. Bentuk setiap petak sedapat mungkin dibuat sama antara lebar dan panjangnya, sehingga didapatkan saluran tersier yang pendek dan akan memudahkan pemeriksaan saluran.

f. Petak tersier sedapat mungkin terlihat bebas dan jarak sawah terjauh dari bangunan sadap jangan lebih dari 3 km, untuk memudahkan kepengurusan atau pembagian air oleh petugas ( ulu-ulu ) dari para petani pemakai air.

g. Luas satu petak sekunder sedapat mungkin antara 50-100 ha dan tidak boleh lebih dari 150 ha.

3.c. Petak Sekunder

Petak sekunder adalah suatu petak kumpulan dari beberapa tersier yang mendapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Dalam membuat peta petak sekunder harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Batas tiap-tiap petak sebisa mungkin harus jelas, yaitu dengan memberikan warna yang berlainan.

b. Tiap petak sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi/sadap yang terletak disaluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu harus mendapat air irigasi suplai dari saluran lain.

c. Saluran sekunder punggung sedapat mungkin terletak melalui punggungnya, untuk memudahkan mengalirnya air irigasi ke sebelah kanan dan kiri. Untuk saluran garis tinggi, diletakkan pada daerah yang tertinggi, agar air irigasi bisa mencapai keseluruhan daerah yang dialiri.

d. Letak petak sekunder tergantung dari keadaan medan.

3.d. Petak primer

Petak primer adalah suatu petak gabungan dari beberapa petak tersier yang mendapat air langsung dari saluran dan beberapa petak sekunder. Dalam petak primer harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Batas tiap petak primer harus jelas dan biasanya dibatasi oleh sungai. Apabila pintu sadap pada sungai ada dua, sebelah kanan dan kiri, maka saluran sebelah kanan dinamai saluran induk kanan dan saluran sebelah kiri dinamai saluran induk kiri.

b. Setiap petak primer harus sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung, agar tidak terlalu panjang membuat saluran induknya.

c. Luas petak primer tergantung keadaan medan.

 

4. Nomenklatur


Nomenklatur adalah nama petunjuk (index) yang jelas dan singkat dari suatu objek, baik itu petak, saluran atau bangunan bagi, bangunan silang dan sebagainya, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf.

b. Huruf ini dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan.

c. Letak objek dan saluran beserta arahnya.

d. Jenis saluran pengangkut dan pembuang.

e. Jenis pembangunan untuk pembagian dan pemberian air, talang, siphon dan lain sebagainya.

f. Jenis petak sekunder atau primer.

 

5. Cara Pemberian Nama


1. Bangunan utama bendung, rumah pompa, pengambilan bebas diberi nama dengan nama kampung terdekat daerah irigasi atau sungai yang disadap airnya dengan nomer kode 0.

2. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama kampung terdekat dengan diber index 1,2,3, dan seterusnya yang menyatakan ruas salurannya.

3. Saluran sekunder diberi nama sesuai nama kampung, desa atau kota terdekat.

4. Bangunan bagi atau sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulunya dan diberi index 1,2,3, dan seterusnya.

5. Bangunan silang seperti gorong-gorong, talang, jembatan, siphon dan sebagainya diberi index 1a, 1b, 2a, 2b dan seterusnya.

6. Di dalam kotak tersier diberi kotak sepanjang 4 cm dan lebar 1,5 cm, dalam kotak ini diberi kode dari saluran mana kotak tersebut mendapat air irigasi, arah saluran tersier kanan atau kiri dari bangunan bagi/sadap melihat arah aliran air. Kotak dibagi dua atas dan bawah, bagian bawah dibagi dua vertikal, kolom sebelah kiri menunjukan luas petaknya dalam hektar (ha) dan kolom sebelah kanan menunjukkan besar debit yang diperlukan untuk mendimensi saluran tersier dalam liter/detik ( l/dt ).

Contoh :

S5

Ka

60 ha

121 l/dt

Dimana :

S : nama saluran

5 : nomor bangunan

ka : arah sebelah kanan

121 l/dt : besarnya debit

60 ha : luas areal petak

6. Efisiensi Irigasi.


Besarnya efisiensi irigasi tergantung dari besar kehilangan air selama penyaluran air dari bendung sampai petak sawah. Menurut PSA 010 direkomendasikan sebagai berikut :

a. Daerah irigasi yang luas untuk seluruh jaringan efisiensinya 60%-65%

b. Daerah irigasi yang daerahnya kecil dan pemberian air diatur dengan baik atau irigasi dari waduk yang air buangannya dapat digunakan lagi di jaringan tersebut, besarnya efisiensi dapat ditetapkan sedikit lebih besar namun tidak melebihi 75%.

c. Bila suatu daerah irigasi sudah diadakan penelitian mengenai efisiensi irigasi maka dipakai angka hasil penelitian tersebut.

7. Perencanaan Dimensi Saluran Irigasi.


1. Data-data yang diperlukan :

a. Jenis saluran : Tersier, sekunder, primer.

b. Luas daerah/petak yang akan dialiri oleh saluran.

c. Angka kebutuhan air untuk setiap jenis saluran tersier, sekunder, maupun primer.

2. Menentukan besarnya debit ( kapasitas ) dengan rumus :

Q = Do x a ( m3/dt )

Dimana :

Q = debit saluran ( m3/det )

Do = luas petak ( ha )

a = kebutuhan air normal untuk padi pada masing-masing saluran ( l/det/ha )

3. Menentukan kecepatan air pada saluran ( v )

a. Pada daerah datar menggunakan v = 0,42 x Q 0,182

b. Pada daerah pegunungan menggunakan v = 0,46 x Q0,186

4. Menghitung penampang basah saluaran dengan rumus :

F = Q/V

Dimana :

Q = Debit saluran ( m3/dt )

V = Kecepatan air pada saluran ( m/dt )

F = luas penampang saluran ( m3 )

5. Menghitung lebar dasar saluran ( b ) dan tinggi muka air dari dasar saluran ( h ) dengan rumus :

F = (b+mh)h

Dimana :

b = lebar dasar saluran ( m ) didapat dengan melihat hubungan Q dengan perbandingan antara b dan h pada tabel standar pintu Romijn Direktorat Irigasi (lampiran tabel 8a)

m = talud dapat dilihat pada lampiran tabel 8a

6. Menentukan b dan h yang baru dengan membulatkan b dan h yang lama sampai dua angka desimal

7. Menghitung luas penampang basah yang baru dengan rumus :

Fb = ( bb + m x hb ) x hb ( m2 )

8. Menghitung keliling basah dengan rumus :

O = bb + 2hb (1 + m2 ) ½ ( m )

9. Menghitung kecepatan aliran yang baru dengan rumus :

Vb = Q/Fb ( m/dt )

10. Menghitung jari-jari hidrolis saluran dengan rumus :

R = Fb/O ( m )

11. Menghitung kemiringan saluran ( l ) dengan rumus :

I = [ Vb / ( K.R 2/3 ) ]2

Koefisien kekasaran ( K ) untuk :

§ Saluran sekunder dan induk Q > 10 m3/s K = 50

§ Saluran sekunder dan induk 5 < Q < 10 m3/s K = 47,5

§ Saluran sekunder dan induk Q < 5 K = 45

§ Saluran muka tersier K = 42,5

§ Saluran tersier K = 40

§ Saluran dari pasangan batu K = 60

§ Saluran dari beton K = 70

12. Freeboard ( Fr )

Dapat dilihat dari tabel, W tergantung dari debit ( Q )

Tabel 3.1. Hubungan Nilai Q dan Fr

Q ( m3/det )

Fr ( m )

0.0

0.3 – 0.5

0.5 – 1.5

1.5 – 15.0

15 – 25

> 25

0.3

0.4

0.5

0.6

0.75

1.0

13. Lebar tanggul (w)

Tabel 3.2. Lebar Tanggul Saluran

Saluran

w ( m )

Tersier dan kuartener

Sekunder

Induk

0.5

1.0

2.0

14. Talud (m)

Tabel 3.3. hubungan Q dan m

Q ( m3/det )

m

0.15 – 0.30

0.30 – 0.50

0.50 – 0.75

0.75 – 1.00

1.00 – 1.50

1.50 – 3.00

3.00 – 4.50

4.50 – 5.00

5.00 – 6.00

6.00 – 7.50

7.50 – 9.00

9.00 – 10.00

10.00 – 11.00

11.00 – 15.00

15.00 – 25.00

25.00 – 40.00

1.0

1.0

1.0

1.0

1.5

1.5

1.5

1.5

1.5

1.5

1.5

1.5

2.0

2.0

2.0

2.0

clip_image027Gambar penampang saluran

           
  clip_image028  

Fr

    clip_image029
 
 

h

t
 
  clip_image030

Keterangan :

t = tinggi saluran (m)

Fr = freeboard / tinggi jagaan ( m ), tergantung debit

h = tinggi air (m)

b = lebar dasar saluran (m)

III.8. Perencanaan tinggi Muka air

Langkah yang harus dilakukan dalam perhitungan tinggi muka air adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tinggi muka air saluran tersier di hilir bangunan sadap.

2. Menentukan tinggi muka air saluran sekunder di hilir bangunan sadap.

3. Menentukan tinggi muka air di hulu bangunan sadap berdasarkan perhitungan : - saluran tersier à Elv hulu = Elvhi lir + DH

- saluran sekunder à Elv hulu = Elv hilir + DH

4. Dipilih muka air yang tertinggi berdasarkan perhitungan di atas

III.9. Perencanaan Pintu Romyn

Pemakaian pintu Romyn atau sorong tergantung pada Q dan lebar dasar saluran. Pintu Romyn sebaiknya digunakan pada Q < 900 l/det ( pintu romyn dengan dua pintu ), sedangkan untuk Q yang lebih besar menggunakan pintu sorong.

Perhitungan pintu Romyn :

a. Dengan Tabel 3.4. Tipe pintu Romyn

Type

H max

Banyaknya air Q lt / det dari pintu pengukuran

lebar ( b )

   

0,30

0,40

0,50

0,60

0,80

1,00

1,30

R I

R II

R III

R IV

0.30

0.45

0.60

0.90

84

154

238

437

112

206

317

582

140

257

396

728

168

308

475

873

224

411

634

1164

280

614

792

1455

364

668

1033

1892

Contoh perhitungan :

Q = 0,109 m3/det = 109 lt/det

b = lebar dasar saluran = 0,44 m

Dari tabel untuk Q dan b diatas, maka dipakai pintu Romyn

 
Type : R I - 112

b = 0,40 m

h max = 0,3 m

z = h/3 = 0,1m

b. Dengan Rumus :

Q = 1,71 . b. h 2/3

clip_image032

Keterangan : Q = debit ( m3/det )

h = tinggi pintu ( m )

b = lebar pintu ( m )

z = kehilangan energi ( m )

Pereaksi Asam Basa


Merupakan hal biasa untuk membuat dan menstandarisasi suatu larutan asm atau basa, karena larutan asam lebih mudah diawetkan daripada larutan basa, maka larutan asam yang biasanya dipilih sebagai standar pembanding tetap. Dalam memilih larutan standar perlu diperhatikan :
  1. asam harus kuat, yaitu terdisosiasi tinggi
  2. asam tak boleh mudah menguap
  3. larutan asam harus stabil
  4. garam dari asam harus larut
  5. asam tak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat untuk merusak senyawa organic yang digunakan seperti indicator

Asam-asam klorida dan sulfat merupakan yang luas digunakan sebagai larutan standar meskipun tak satu pun mencukupi semua persyaratan di muka. Namun hal ini biasanya tak menyebabkan kesukaran pada kebanyakan penggunaan titrasi asam basa.

Natrium hidroksida merupakanbasa yang paling umum digunakan, kalsium hidroksida tak memberikan keuntungan daripada natrium hidroksida dan lebih mahal. Natrium hidroksida selalu terkontaminasikan oleh sejumlah kecil zat pengotor, yang paling berat diantaranya natrium karbonat. Bila karbon dioksida diserap oleh larutan NaOH maka akan terjadi reaksi :

CO2 + 2OH -------- CO32- + H2O

Ion karbonat merupakan suatu basa, akan bereaksi dengan ion hydrogen dalam dua tahap

CO32- + H3O+ ------- HCO3- + H2O

HCO3- + H3O+ ------ H2CO3 + H2O

Jika fenolptalein digunakan sebagai indicator, perubahan warna terjadi apabila reaksi (1) lengkap, yaituion karbonat telah bereaksi dengan hanya satu ion H3O+. Ini menyebabkan suatu kesalahan karena dua ion OH-telah terpakai dalam pembentukan satu CO32-. Jika metal orange digunakan sebagai indicator, perubahan warna terjadi apabila reaksi (2) lengkap dan tak terjadi kesalahan, karena tiap ion CO32- bereaksi dengan dua ion H3O+.

Akan tetapi dalam titrasi lemah penolphtalein merupakan indicator yang cocok untuk digunakan dan jika CO2 telah diserap oleh titrasi suatu kesalahan akan terjadi. Ada beberapa cara untuk mengurangi kesalahn karbonat. Barrium hidroksida dapat digunakan sebagai titran. JIka CO2 diserap oleh suatu larutan dari basa ini, maka endapan barium karbonat akan tampak :

Ba2 + 2OH- + CO2 ------ BaCO3 + H2O

Cara yang yang paling umum dipakai untuk menghindari kesalahan karbonat adalah membuat natrium hidroksida bebas karbonat dan kemudian melindungi larutan terhadap pengambilan CO2 dari udara. Natrium hidroksida bebas karbonat dengan mudah dapat dibuat dari larutan basa yang pekat, yang sekitar 50% berat NaOH. Natrium karbonat tak larut dalam larutan NaOH pekat dan mengendap ke dasar bejana. Larutan ini didekanter dari padatan Na2CO3 dan diencerkan sampai konsentrasi yang dikehendaki. Kemudian larutan ini disimpan dalam suatu botol yang dilengkapi dengan suatu pipa berisi material padatan (askarit) yang dapat menyerap CO2 dari udara.


Larutan Standar

Adalah larutan yang mengandung berat tertentu suatu reagens dalam volume tertentu larutan, bisa dalam suatu molar atau normal. Dalam praktikum di laboratorium adalah biasa untuk membuat larutan-larutan suatu asam ataiu suatu basa dengan konsentrasi yang berdekatan dengan yang dikehendaki dan melakukan standarisasi larutan-larutan tersebut terhadapsatu standar primer. Adalah mungkin untuk membuat suatu larutan standar asam klorida dengan menimbang langsung HCl yang bertitik didih tetap dengan densitas yang diketahui, yang diikuti oleh pengenceran di dalam suatu botol pengukur, akan tetapi larutan asam ini lebih sering distandardisasi dengan cara biasa terhadap suatu standar primer.

Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar primer dan atau asam atau basa jelas harus memenui persyaratan bagi analisa titrimetrik. Tambahan pula, standar primer harus harus mempunyai sifat-sifat berikut :

  1. Harus mudah didapat dalam bentuk murni atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui. Pada umumnya jumlah semua zat pengotor tak melebihi 0,01 sampai 0,02% dan harus mungkin untuk mengujinya terhadap kotoran dengan uji kualitatif yang kepekaannya diketahui.
  2. Zat harus mudah dikeringkan dan tak boleh demikian higroskopis sehingga menarik air sewaktu ditimbang. Tak boleh kehilangan berat sewaktu terkena udara.
  3. Standar primer mempunyai berat ekivalen tinggi untuk dapat mengurangi akibat kesalahan dalam penimbangannya.
  4. Asam atau basanya harus yang kuat sehingga terdisosiasi tinggi.

(Underwood, 1994)

Standardisasi ialah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari calon larutan baku.

Beberapa bahan baku primer untuk asidimetri-lkalimetri yang paling banyak digunakan :

1. untuk asam

a. Natrium karbonat kristal ( Na2CO3)

NH2O3 dapat menjadi Na2CO3 pada 300o C selama satu jam

2 NaHCO3 Na2CO3 + H2O + CO2

Na2CO3 dapat dititrasi samapai titik akhir pertama (pH 8,3) dengan indicator fenolphtalein (ditandai dengan hilangnya warna) berdasarkan reaksi :

Na2CO3 + HCl NaCl + NaHCO3

Tetapi lebih sering dititrasi sampai titik akhir kedua (pH 3,8)

NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

Dengan indicator MM atau SM.

b. Boraks atau Natrium tetraborat dekahidrat ( Na2B4O7. 10H2O)

Dititrasi dengan HCl sebagai berikut :

Na2B4O7 + 5H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3

Dengan indicator MM.

2. untuk basa

a. Kalium Ftalat asam, C6H4(COOH)(COOK)

Bereaksi dengan NaOH:

NaOH +C6H4(COOH)(COOK) C6H4.COONa.COOK + H2O

Dengan indicator PP.

b. Asam Oksalat kristal (COOH)2.2H2O

Harus dititrasi sebagai asam berbasa dua dengan indicator PP berdasarkan reaksi :

2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O

c. Kalium biyodrat KH(IO3)2

Asam kuat sehingga dapat dititrasi dengan indicator yang mempunyai trayek pH 4 dan 10.

d. Asam sulfamat HSO3.NH2

Asam kuat berbasa satu, dapat dititrasi menggunakan indicator dengan trayek pH antara 4 dan 10 yaitu biru bomtimol. Dapat terhidrolisis bila terkena air.

HSO3.NH2 + H2O NH4HSO4

3. untuk argentometri

Bahan bakunya bisa NaCl murni, AgNO3, KSCN

4. untuk titrasi redoks

a. I2 murni

b. KIO3

c. K2Cr2O7

(Haryadi, 1986)

ILmu ukur Tanah


Dalam pekerjaan Teknik Sipil, salah satu pekerjaan yang perlu dilakukan adalah pemetaan. Oleh karena itu, dalam laporan ini akan membahas mengenai beberapa hal saja, mengenai pemetaan, terutama mengenai yang telah dipraktekkan. Fotogrametri adalah salah satu metode dalam pembuatan peta yang menggunakan foto udara sebagai objek pengamatannya. Metode ini sangat penting untuk diketahui dan dikuasai mengingat di masa mendatang metode ini dimungkinkan menjadi metode yang lebih lazim untuk digunakan, khususnya dalam hal pembuatan kontur sebuah daerah yang cukup luas dengan topografi yang berliku - liku.

Untuk mendapatkan gambaran dari daerah yang diamati pada foto udara, digunakan bidang datar sebagai perantaranya.

Dalam proses pengamatan dan pengukuran di laboratorium diperlukan ketelitian dalam menggunakan stereoskop dan paralaks bar sehingga diperoleh data secara akurat. Oleh karena itu, pemahaman teori Ilmu Ukur Tanah  saja belum akan mencukupi tanpa adanya suatu percobaan atau praktek secara langsung.

Foto Udara


Untuk mendapatkan data-data yang lengkap pada suatu daerah yang luas, maka pada zaman teknologi yang telah berkembang pesat ini, hal itu dapat dilakukan dengan menyajikan gambar daerah tersebut dalam bentuk foto yang diambil dari atas permukaan bumi ( foto udara ). Adapun besar kecilnya foto udara tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan yaitu dengan mengatur ketinggian pesawat saat pemotretan.

Hasil foto yang baik, sesuai dengan aturan yang ada, misalnya sebagai

berikut :

Ø Overlap foto – 60%, side lap – 20%.

Ø Untuk titik kontrol, supaya terlihat jelas pada foto, hendaknya dipasang target, jika ada.

Ø Nomor foto sesuai arah terbang tercatat dengan jelas.

Dengan adanya aturan diatas, minimal pada sebuah foto udara akan tercantum data-data antara lain :

  • Nomor foto udara.
  • Gelembung nivo yang menunjukkan foto udara tersebut dibuat dalam keadaan tegak atau miring.
  • Tinggi terbang terhadap tinggi muka air laut rata-rata.
  • Jam / waktu pemotretan.
  • Disamping itu, pada pertengahan sisi-sisinysdan keempat sudutnya dicantumkan Fiducial Mark, dimana bila titik-titik Fudicial tersebut dihubungkan maka titik potong garis tersebut merupakan titik pusat foto yang letaknya hampir berhimpit dengan Principle Point, yaitu titik tembus kamera pada foto.
  • Garis-garis penghubung Fiducial Mark sisi foto adalah palng tegak lurus dan berfungsi sebagai sumbu koordinat foto (sumbu x dan sumbu y), sedangkan titik perpotongannya berfungsi sebagai pusat foto
  • Dari overlap 60% maka setiap lembar foto terdapat dua titik pusat foto sehingga jika foto disusun sedemikian rupa sesuai dengan nomor urut jalur terbang, maka titik pusat foto meruapakan suatu garis lurus yaitu garis lurus terbang yang berfungsi sebagai absis x dari koordinat . Selanjutnya sumbu y dapat dibuat melalui titik tengah foto udara dan ditarik tegak lurus terhadap sumbu x.

Perlengkapan alat dan sarana yang telah tersedia dalam melaksanakan tugas praktek antara lain :

· Dua lembar foto udara dengan overlap – 60%

· Satu set stereoskop

· Satu set paralaks bar

· Perlengkapan lain

foto udara

Keterangan Gambar :

a. Gelembung nivo, untuk menunjukkan posisi pesawat apakah dalam keadaan vertical atau miring.

b. Jam pemotretan, untuk menunjukkan waktu pemotretan dan untuk orientasi di lapangan berdasarkan bayangan obyek.

c. Altimeter, untuk menunjukkan ketinggian pesawat diatas muka air laut rata-rata pada saat pemotretan.

d. Nomor foto udara, untuk menunjukkan nomor registrasi jalur terbang dan nomor pemotretan.

e. Fokus, menunjukkan jarak fokus kamera.

f. Titik utama ( principal point ) adalah titik tembus sumbu kamera pada foto udara dengan arah sumbu kamera tegak lurus dengan arah yang dipotret (dengan arah yang dipotret dianggap datar). Pada foto, titik ini merupakan titik potong dua garis yang ditarik dari pasangan Fiducial Mark yang berhadapan.

g. Fiducial Mark, untuk merupakan titik utama (principal point) yaitu dengan menarik garis dua Fiducial Mark yang berhadapan.

Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam proses pengambilan foto udara adalah :

a. CRAB disebabkan akibat pemasangan kamera yang tidak sempurna

b. DRIFT disebabkan arah terbang yang tidak sempurna karena pengaruh angin.

c. TILT disebabkan oleh angina dari arah samping.

d. TIP disebabkan oleh angina arah depan atau belakang.

e. Kesalahan titik awal

f. Kesalahan akibat penyusutan atau pengembangan bahan fotografis.

g. Kesalahan akibat distorsi lensa

h. Kesalahan akibat refrksi atmosfer.

i. Kesalahan akibat pengaruh kelengkungan bumi.

Proses Pembuatan Garis

Dilakukan dengan menggunakan Intrumen Stereo Plotter. Prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Proses orientasi atau restitusi foto stereo

Orientasi adalah rekonstruksi berkas sinar pada intrumen Stereo Plotter, sehingga posisi atau keadaan di instrument sama dengan keadaan pemotretan.Tujuan orientasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :

· Orientasi dalam : rekonstruksi berkas sinar

· Orientasi relative : membentuk model pda Stereo Plotter

· Orientasi absolut : memberikan skala dan referensi ketinggian ` pada foto yang akan dproses menjadi peta.

2. Plotting peta garis, ada dua tahap, yaitu :

§ Plotting planimetris : plotting posisi planimetris titik detail yang ada pada model.

§ Ploting kontur : plotting garis kontur yang meliputi seluruh area pada model.

3. Hasil plotting adalah peta hasil manuskrip yang masih kasar dan belum lengkap.

4. Proses kartografi dan reproduksi.

5. Hasil akhirnya adalah peta garis yang telah dilengkapi dan diperhalus gambarnya.

Pembuatan peta garis

Prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Rektifikasi : proses reekprosur dari suatu foto sehingga kesalahan letak bayangan akibat kemiringan kamera udara dapat dihilangkan serta sekaligus menyamakan skala. Dilakukan dengan menggunakan rectifier dengan input berupa foto udara tunggal, pada daerah datar, yaitu daerah yang perbedaan tinggi reliefnya lebih kecil dari 1% tinggi terbang pemotretan.

2. Ortofoto : merupakan proses rektifikasi diferensial menggunakan stereo ortofoto dengan input model (foto udara stereo) yang dilakukan di daerah datar dan berbukit.

Tujuan proses ortofoto :

Ø Menghilangkan kemiringan kamera

Ø Menyamakan skala

Ø Menghilangkan pergeseran relief

 

Kalau pengin lengkap tentang materi ini, silahkan lihat tab Download di samping.

Mars Sipil

( Mars Slank song )


Di Sipil tempat tuk berjuang

Salah tempat kalau kau pasang tampang

Di sipil orang-orang penuh kreatifitas

Bukan tempat orang yang pah-poh

Di sipil bukan anak-anak malas

Tempatnya para pekerja keras

Di sipil bukan anak-anak manja

Sedikit kerja.....banyak mintanya.

Sipil jaya.....sipil jaya....

Sipil jaya.....sipil jaya....

Sipil.........Jaya.........!!!!!!!!!!!

Teori Kebutuhan Air


1. Kebutuhan Air untuk Irigasi Pada Petak Sawah (Ir)

Kebutuhan air untuk tanaman tergantung pada macam tanaman dan masa pertumbuhannya sampai dipanen sehingga memberikan produksi yang optimum. Tanaman yang terpenting yang membutuhkan air irigasi di Indonesia adalah padi. Oleh karena itu pemberian air untuk keperluan tanaman padi menjadi suatu masalah yang sangat penting disamping pemberian air pada tanaman palawija.

Perkiraan banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor :

• Jenis tanaman.

• Jenis tanah.

• Cara pemberian air.

• Cara pengolahan tanah.

• Kuantitas curah hujan.

• Waktu tanam.

• Iklim.

• Pemeliharaan dan eksploitasi saluran dan bangunan.

Kebutuhan air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ir = W + Et + P - Re

Dimana :

Ir = Kebutuhan air untuk irigasi.

W = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan (standing water).

Et = Evapotranspirasi = crop consumtive use

P = Perkolasi

Re = Curah hujan efektif.

2. Pengolahan Tanah (W)

Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan ( standing water ), pada saat pemupukan, ditetapkan W = 3,33 mm/hari

3. Evapotranspirasi (Et)

Evapotranspirasi ialah peristiwa penguapan dari suatu daerah aliran sungai sebagai akibat pertumbuhan dari tanaman.

Banyaknya air untuk evapotranspirasi dapat diperkirakan dengan cara Hargreaves atau Penman. Untuk menghitung evapotranspirasi dalam tugas ini digunakan metode Penman.

Et = Eo * K t

Dimana :

Et = Evapotranspirasi

Eo = Evaporasi ( peristiwa berubahnya air menjadi uap )

Perhitungan angka Evaporasi diperoleh dari pengolahan data curah hujan pada daerah yang diamati.

Kt = Koefisien tanaman ( Padi )

4. Perkolasi

Perkolasi ialah peristiwa meresapnya air dari lapisan tak jenuh ke lapisan yang jenuh. Banyaknya air untuk perkolasi tergantung dari porositas tanah.

Perkiraan perkolasi didasarkan pada hasil percobaan lapangan. Untuk nilai perkolasi pada dataran rendah ditetapkan sebesar 1 mm/hari.

5. Curah Hujan Efektif (Re)

Perkiraan curah hujan efektif dihitung berdasarkan R50, artinya curah hujan yang 50% disamai atau dilampaui dari 10 kali peristiwa.

Metode yang dipakai :

1. Cara Empiris

Re = R50 = n/5 +1

Re = R 50 = curah hujan efektif 50%

Dimana :

n/5 +1 = ranking curah hujan efektif Re dihitung dari ranking terkecil

n = Jumlah pengamatan curah hujan.

2. Cara Statistik

a. Dengan analisa frekuensi curah hujan harian atau bulanan dapat diperkirakan curah hujan efektif yang 50% disamai atau dilewati dengan periode ulang 5 tahun dengan ascending order (Nm. Excending). Dengan memplot pada “External Probability Paper” dari Gumbel atau log-log paper dengan ploting position dari Hanzen {100(2m-1)}/(n+1) besarnya curah hujan harian dapat dicari dengan mengambil p (x) = 50% atau periode ulang 5 tahun.

b. Besarnya curah hujan efektif dapat dihitung dengan rumus :

Ir = W + Et + P - Re atau

Re = W + Et + P- Ir

Dimana :

Ir = Kebutuhan air irigasi.

Et = Crop Consumtive use = Evapotranspirasi.

P = Perkolasi

W = Kebutuhan air untuk pengolahan atau genangan.

Jika :

W = 0

Ir = Irigasi = 0

Et = Evapotranspirasi = 10 mm/hari

P = Perkolasi = 6 mm/hari

PD = Pengolahan = 20 mm/hari

Ws = water storage capacity = 30 mm/hari

Sm = Soil moisture = 6 mm/hari

Maka curah hujan efektif dipilih dari harga terbesar dari :

Re max = Et + PD + P................................………..(1)

atau

Re max = Ws + PD +P................................……….(2)

dan

Re min = 5 mm (kehilangan)

Dengan mengambil harga diatas maka :

(1) Re max = 10 + 20 + 6 = 36 mm/hari

(2) Re max = 30 + 6 + 6 = 42 mm/hari

Jadi Re max = 42 mm/hari.

Seminar Entrepreneurship….

I-Luv-Indonesia Menuju Wirausahawan Sejati….


Alhamdulillah hari ini, selasa 18 januari 2011 sungguh menyenangkan karena saya ditemukan dengan orang-orang yang luar biasa dalam sebuah seminar entrepreneurship (kewirausahaan). Orang-orang yang dimaksud adalah para pembicara yang telah mengasih wejangan kepada para peserta seminar. Seminar ini sendiri diadakan oleh UPT Perpustakaan Undip bekerja sama dengan Yayasan pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI) dan bertempat di gedung Widya Puraya lantai 1. Nah, pada kesempatan yang baik ini saya cuman ingin share kepada pembaca sekalian mengenai apa yang telah saya dapat dari acara seminar ini. Disini saya pengin mengulas satu-satu dari kedua pembicara yaitu :

 

 1. Drs. Wahyu Hidayat,. M.Si


Dosen FISIP Undip ini mengawali presentasinya dengan cerita mengenai seekor gorila dan seekor singa yang hampir bertarung di salah satu kebun binatang di yogya yaitu di Gembira Loka. Kedua ekor hewan ini adalah sebenarnya manusia yang sudah menempuh pendidikan hingga ke jenjang S1, nah lulusan sarjana inilah yang memerankan tokoh kedua hewan setelah hewan sebenarnya mati. Setelah selesai cerita beliau menjelaskan betapa susahnya mencari pekerjaan di masa sekarang.

selain itu beliau menjelaskan juga mengenai bagaimana langkah-langkah setelah Lulus kuliah nanti. Nah, kalau pembaca menginginkan materi beliau dapat di download disini.

 

2. Drs. Andaka Wirawan,Apt, M.Si


Bapak Andaka ini merupakan seorang Apoteker lulusan UGM sekaligus pengusaha sukses yang memiliki banyak usaha diantaranya adalah warung makan Padang, Indomart, Alfamart, dan Apotek. Usaha usaha beliau telah dirintis sejak beliau lulus kuliah dulu hingga sekarang telah sukses. Pria berumur 60 tahun ini sudah menjadi bos di usahanya dan menelurkan banyak pengusaha.

Pada seminar kali ini beliau banyak menceritakan pengalamannya terkait dengan dunia wirausaha. untuk materi beliau dapat di download di sini .

Dan akhirnya semoga kedua materi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

HOW TO WIN THE BIDDING WARS

(Bagaimana memenangkan persaingan tender)100


In many of today’s strong real estate market’s, home buyer’s can expect to face multiple offer situations. Multiple offers are a classic example of economic realities because they appear when the supply of homes for sale is limited and the demand for good-condition home is strong. Buyers hate multiple offer because they push up home prices and create an extremely stressful home buying experience. Knowing a few tricks of the trade can make the difference between walking away disappointed and purchasing the home of your dreams at a fair price.

Make my offer more attractive to the sellers, offer the highest price you can. Get preapproved, not just prequalified and mortgage and attach a copy of the preapproval letter to your offer.

If the equity in tour current home is the source of your downpayment, make your offer contingent on obtaining financing, but not on the sale of your home.

If my offer didn’t prevail in a multiple offer situation, neither the sellers nor their agent is obligated to reveal any information about the decision

Submit an offer on a home in escrow, you would be wiser to move on to another home, particularly if there are formal back up offers

If the sellers are getting multiple offers and accepting them only by fax, the temptation to suppress a buyer’s offer arises when an in house offer ( one from a buyer who is represented by the sellers agent from the same brokerage company) is competing with an outside offer ( one from a buyer represented by a different brokerage company )

Knock on the seller’s front door and tell them personally why they should accept my offer instead of the other offers they received, if you happen to meet the sellers during a scheduled showing, go ahead and compliment whatever you like.

2011/01/18

NGibadah Yoook…

113

Semoga Bermanfaat dan kita mendapatkan barokah dari Allah SWT.. Amien.

Alumni SMP Belik 01 kelas 3D 1999-2002


Belik                                                    
  • Ajeng Swastiwi                                              
  • Rahayuningsih           
  • Desta Kurniawan                               
  • Ismunajib                                           
  • Khaerul Nurkhian                              
  • Tia Anjar Umami                                           
  • P. Paramita A. Sinta Dewi
  • Nurkhasanah                                      
  • Andi                                                   
  • Tri subandi                             
  • Achmad Priwibowo
  • Aliaman
  • Heri Irawan
  • Eni Susanti     

Kuta

  • Arvena Anjar Laksono
  • Yudi Hartono
  • Endri Priyanto
  • Uun Latifah
  • Retno Wulandari
  • Istikharoh
  • Toto
  • Supriyanti
  • Elis
  • Suci Tuyaeti

MendeleM

  • Topan Fauzi
  • Hasim
  • Rusmono Rifai Yusuf
  • Nunung

 

Bulakan

  • Sutomo
  • Junianto Sapi'i

Sodong

  • Muhsinin                                                 
  • Mahbub                                                        
  • Akhmad Syaefuri
  • Yani 

Gombong                                                

  • Siti Aminah
  • Suci Setyani
  • Dwi Ariyanto                                                 
  • Dwi Asriningsih
  • Suprianah                                                 
  • Rohmat

Beluk

  • Ratih Andri Kumalasari
  • Johana Tri Amboro
  • Witriningsih

Sikasur

  • Andri Gunawan
  • Tyas
  • Sriati

Tentang Irigasi


I.1. Definisi

Irigasi adalah pemberian air ke suatu tempat tertentu untuk kepentingan pertanian, karena irigasi menyangkut kepentingan umum khususnya produksi agrikultur maka harus direncanakan secermat mungkin. Irigasi sering disatukan dengan drainase, yaitu suatu sistem pembuangan air yang mengalirkan kelebihan air baik berasal dari permukaan tanah maupun bawah tanah. Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan erat dengan pengendalian banjir dan irigasi berkaitan dengan pemberian suplai air bagi tanaman.

Dalam tugas ini akan dibahas mengenai masalah penyediaan air untuk keperluan irigasi atau pertanian yang meliputi penyediaan air, membawa, membagi, memberi, mengatur dan kemudian membuang air yang sudah digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka memerlukan suatu sistem jaringan yang memadai dan terpenuhi dengan baik. Salah satu lagi yang tak kalah penting adalah pemanfaatan curah hujan yang semaksimal mungkin, sehingga pemberian air ke petak-petak sawah diberikan bila curah hujan tidak mencukupi kebutuhan.

I.2. Tujuan

Disamping untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman, irigasi dapat digunakan untuk berbagai macam pekerjaan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Memupuk atau merabuk tanah.

Memupuk adalah bagian sesudah membasahi tanah.

Air sungai yang membawa zat-zat yang diperlukan tanaman, sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.

2. Membilas air kotor

Hal ini bisanya terdapat di daerah perkotaan dimana biasanya saluran-saluran dalam kota banyak mengandung kotoran sehingga untuk menghindari pengendapan maka perlu diglontorkan dengan air yang kita datangkan.

3. Kultamase

Kultamase ini hanya dapat dilakukan bila air yang mengalir banyak mengandung mineral, material kasar. Karena material ini akan mengendap bila kecepatan air tidak mencukupi untuk memindahkan material tersebut.

4. Memberantas hama

Gangguan hama pada tanaman seperti sudep, tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara menggenangi permukaan tanah tersebut dengan air sampai batas tertentu.

5. Mengatur suhu tanah

Tanaman dapat tumbuh dengan baik bila suhu tanah dapat diatur yaitu tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Air yang menggenangi permukaan tanah dapat berfungsi untuk menjaga agar suhu tanah konstan.

I.3. Tugas Perencanaan Irigasi

Secara umum langkah - langkah membuat tugas perencanaan irigasi meliputi :

  1. Data yang harus ada :

Peta topografi daerah yang akan direncanakan jaringan irigasinya dan data klimatologi yang diperlukan, meliputi : data curah hujan, suhu udara, penyinaran matahari, kelembaban relatif, dan kecepatan angin.

  1. Membuat rencana berupa petak-petak tersier, sekunder, saluran pembawa, dan saluran pembuang (drainase).
  2. Menghitung angka kebutuhan air berdasar data-data yang ada.
  3. Merencanakan dimensi dari jaringan irigasi baik saluran sekunder, tersier maupun primer.
  4. Merencanakan dimensi saluran drainase , termasuk perhitungan muka air.
  5. Menggambarkan penampang memanjang untuk jaringan irigasi yang direncanakan.
  6. Membuat gambar rencana.

2011/01/17

Drainase Perkotaan

1. Pengertian


Kata Drainase berasal dari kata Drainage yang artinya mengeringkan atau mengalirkan. Drainase merupakan sistem yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah maupun air yang berada di bawah permukaan tanah.

Secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tenteng usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan.

air

2. Jenis Drainase


Ada banyak macam dari jenis drainase ini yaitu :

1. berdasarkan cara terbentuknya

  • Drainase Alamiah
  • Drainase buatan

2. Berdasarkan sistem pengalirannya

  • Drainase dengan sistem Jaringan
  • Drainase dengan sistem resapan

3. Berdasarkan Tujuan pembuatannya

  • Drainase perkotaan
  • Drainase daerah pertanian
  • Drainase Lapangan terbang
  • Drainase Jalan raya
  • Drainase jalan kereta api
  • Drainase pada tanggul dan DAM
  • Drainase lapangan olahraga
  • Drainase untuk keindahan kota
  • Drainase untuk kesehatan lingkungan
  • Drainase untuk penamhbahan areal

4. Berdasarkan tata letaknya

  • Drainase permukaan tanah
  • Drainase bawah permukaan tanah

5, Berdasarkan fungsinya

  • Drainase single purpose
  • Drainase Multi purpose

6. Berdasarkan konstruksinya

  • Drainase saluran terbuka
  • Drainase saluran tertutup

untuk pengertian masing-masing drainase insyaAllah akan dijelaskan pada kesempatan berikutnya.

Semoga Bermanfaat…!!!

Song

(HY-366 nichi)


Ada beberap lagu yang menjadi favorit di telingaku alias sering didengerin karena selain enak didengerin juga mengandung makna yang dalam, dan salah satune adlah lagu dari HY yang berjudul -366 nichi- soundtracknya film akai ito..(itu loh film drama dari jepang yang sangat menyentuh ceritanya…hehe* kulit kali di sentuh ^_^

yah kapan2 deh ku coba share mengenai film Akai ito…

oke kalau pengin punya lagunya search aja di google atau kalo pengin cepet ya klik aja di sini

biar lebih mudah aja mengerti maknanya ku sertain lyric dari HY-366 nichi

Soredemo ii soredemo ii to omoeru koi datta
Modorenai to shittete mo tsunagatte ita kute
Hajimete konna kimochi ni natta
Tama ni shika au koto dekinaku natte
Kuchiyakusoku wa atarimae
Soredemo ii kara
Kanai mo shinai kono negai
Anata ga mata watashi wo suki ni naru
Sonna hakanai watashi no negai
Kyou mo anata ni aitai
Soredemo ii soredemo ii to omoeta koi datta
Itsushika anata wa au koto sae kobande kite
Hitori ni naru to kangaete shimau
Ano toki watashi wasuretara yokatta no?
Demo kono namida ga kotae deshou?
Kokoro ni uso wa tsukenai
Kowai kurai oboete iru no anata no nioi ya shigusa ya subete wo
Okashii deshou? Sou itte waratte yo
Wakarete iru noni anata no koto bakari
Koi ga konnani kurushii nante koi ga konnani kanashii nante
Omowa nakatta no honki de anata wo omotte shitta
Kowai kurai oboete iru no anata no nioi ya shigusa ya subete wo
Okashii deshou? Sou itte waratte yo
Wakarete iru noni anata no koto bakari
Anata wa watashi no naka no wasurerarenu hito subete sasageta hito
Mou nido to modore nakute mo
Ima wa tada anataanata no koto dake de
Anata no koto bakari

Drama Jepang


Drama Jepang atau sering disebut juga J-Dorama adalah film serial yang terdiri dari beberapa episode dengan cerita-cerita yang unik dan khas dari jepang. Kalau di jepang sih biasa nya dibikin sesuai dengan musim disana yang terdiri dari 4 musim yaitu : winter,summer, fall,semi.

Setiap musim berbeda-beda ceritanya nah, untuk yang ini q pengin mencoba menjelaskan salah satu drama jepang yang bagus (menurutku sih..hehe)…. Yaitu : Buzzer Beat.

Graphic1

sumber : wiki.d-addicts.com

Judul : Buzzer beat

Episode : 11 episode

Subtitle : English

Ukuran : 6,45 GB (2 DVD)

Jadi tuh ceritanya tentang seorang pemain Basket ball yang punya obsesi besar untuk bisa menjuarai kompetisi basket dan menjadi terkenal. Tetapi itu tidak mudah karena punya sedikit masalah mental terutama ketika bermain di tempat yang banyak dilihat penonton, dan ini terbukti ketika Timnya yaitu J-ARCS masih dalam fase penyisihan. Tetapi untungnya ada salah satu supporter yang bisa membangkitkan semangat untuk bisa bermain lebih baik lagi. Dan akhirnya supporter inilah yang akan menjadi pasangan hidupnya. So, coba aja tonton film drama jepang ini, dijamin bagus.

Kalau belum punya film drama ini bisa di download di :

http://www.d-addicts.com

http://www.mediafire.com

tetapi kalau rak pengin suwe-suwe download ya bisa pesen gon aku… coz aq dah punya.. hehe

carane : SMS ya Olih (085742116853)

email ya olih (mahbubjunaedi@ymail.com)

Pengalaman Bakar CD


20Haduh sial bener neh hari,, dah duit menipis banyak tagihan pula….

tapi maw gimana lagi namanya juga anak kos jadi harus mengalami nasib kayak gini. mau gak mau sih harus mau….

okey itu tadi cuman awalan sebelum ku cerita yang sebenarnya mengenai pengalaman bakar CD (Compact Disc) lho…. Bukan C*la** Dalem…hehe..

Gak tau kenapa neh komputerku yang biasanya lancar-lancar aja dalam hal burning (bakar)

eh malah turun kemampuannya…. yang biasanya punya kecepatan 3 mbps sekarang hanya 500 kbps.

Graphic21

Pembaca sekalian ada yang tau sebabnya gak,? soale bikin jengkel…..

pengin tak banting wae ne komputer 24…. hehe

2011/01/16

Asal-usul the name of blog or redirect

 

Bismillahirrahmanirrahiim…..Thumbs up

Blog ini saya namakan Telaga biru karena ini merupakan kata yang menggambarkan daerah wisata di salah satu kabupaten di jawa tengah yaitu pemalang, tepatnya berada di lokasi dukuh sodong desa sikasur Kecamatan Belik kabupaten Pemalang dimana lokasi ini merupakan awal kehidupan ku di dunia dan aku di besarkan di daerah ini.Turtle

Selain itu karena telaga biru mengandung makna yang sangat dalam yaitu TELAGA yang berarti mata air yang keluar dari tanah dan menggambarkan sebuah awal dari suatu kehidupan dan BIRU berarti bening atau jernih.

So, kesimpulannya adalah telaga biru berarti sebuah awal pemikiran / ide yang jernih yang menghasilkan sesuatu yang luar biasa dalam kehidupan. Berawal dari pendalaman makna inilah maka diambil nama “Telaga Biru”.

Harapan ke depan semoga dengan adanya blog ini menginspirasi kita semua untuk bisa memunculkan ide-ide cemerlang dan kreatif dalam menghadapi kehidupan. Amiin.

Akhir kata kita teriakan kata-kata inspirasi “ just do it and never lose in life”

2011/01/14

Jalan-Jalan

Selayaknya manusia biasa, seorang engineer pun selalu menyempatkan dirinya untuk merasakan indahnya kehidupan. Walaupun dengan seabrek kegiatan hal ini tidak mempengaruhi untuk adanya sedikit liburan baik itu ke tempat wisata maupun dengan menenangkan diri di sauna...

Berikut beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh beberapa teman engineer (sebutan buat lulusan fak.Teknik)....

1. Stadium Futsal Mulawarman

2. Awul-awul in simpang Lima

3. Makan-makan ing warung Sipil